BAGI SEBAGIAN KITA YANG
PUTRA-PUTRINYA AKAN MENGINJAK USIA REMAJA, PEKERJAAN YANG MENUNGGU DI DEPAN
MATA ADALAH MENYIAPKAN DIRI UNTUK MENYIKAPI PERUBAHAN MEREKA DENGAN MENGUBAH
SIKAP KITA.
Jika tidak, tabrakan akan mungkin
terjadi dan ini yang sering terjadi. Anak disebut remaja ketika usianya
memasuki belasan, menjelang masuk SLTP. Jika melihat teori dan prakteknya,
perubahan yang dominan muncul dari perilaku mereka adalah kebebasan dan pembebasan
diri.
Mereka ingin bebas menunjukkan siapa
dirinya, dengan segala yang mereka pahami sebagai simbol kehebatan, melalui
usaha-usaha yang seringkali menolak pembatasan orangtua atau lingkungan. Teman
pergaulan menjadi sosok penting di sini.
Tapi di sisi lain, mereka secara
faktanya bisa dibilang lemah. Meski ada dorongan kuat untuk melepaskan diri
dari kungkungan orangtua, tapi mereka belum bisa mandiri sepenuhnya. Masalah
materi dan fasilitas lain-lain masih tergantung orangtua.
Bahkan kematangan mental dan moralnya
pun masih belum utuh seluruhnya. Itulah yang membuat mereka gampang terbawa
arus. Meski selama ini perilaku mereka bagus, tapi masih mudah untuk berubah
menjadi tidak bagus karena pengaruh.
Sebagai orangtua, akan lebih aman jika
berpikir bahwa semua remaja akan mengalami perubahan di atas, terlepas adanya
perbedaan mekanisme dalam menyatakan diri, intensitasnya atau tingkatannya.
Hal ini agar kita tergerak untuk
menyiapkan diri menghadapi perubahan pada mereka. Secara umum, bentuk perubahan
yang perlu disiapkan antara lain :
·
Perubahan pola asuh. Jika selama ini
mereka kita pimpin dari depan, seperti atasan-bawahan, maka mulai saat ini kita
perlu memimpin dari samping, seperti teman. Termasuk ketika berbicara.
·
Berusaha untuk TIDAK memberikan
cek-kosong kebebasan / keleluasaan pada mereka, meski tidak baik juga kalau
kita menjadi polisi buat mereka. Misalnya, memberikan privacy yang berlebihan,
percaya kebaikannya berlebihan, dan seterusnya. Tetap diperlukan kontrol dengan
berbagai cara.
·
Memfasilitasi dorongannya untuk bebas
menjadi kemandirian, keahlian, atau ketegasan bersikap agar tidak menjadi
kebebasan yang ngawur. Caranya: sering-seringlah mengajukan pilihan,
menyepakati konsekuensi yang fair, dan menawarkan tantangan.
Itulah bentuk perubahan mendasar yang
perlu kita lakukan. Hal lainnya adalah berempati pada mereka. Ini agar kita
tidak melihat posisi mereka dari kepentingan kita semata sehingga gampang
menyalahkan.
Saat ini, mereka baru menghadapi persoalan
hidup yang tidak gampang, misalnya persaingan, tuntutan untuk harus menjadi
bagian dari grup, adaptasi dengan situasi, dan lain-lain. Mereka butuh teman
yang empatik untuk melewati proses adaptasi ini dengan sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar