1. Foot Binding di China
Budaya ini dilakukan oleh masyarakat Cina pada zaman
dahulu. Tujuannya adalah untuk menghentikan pertumbuhan kaki mereka, agar
kaki mereka menjadi kecil dan pas pada sepatu kecil. Pengikatan kaki biasanya
dimulai sejak anak berumur antara empat sampai tujuh tahun. Budaya ini ada
sejak zaman dinasti Tang (618-907). Budaya mengikat kaki menyebar
luas dalam mayoritas masyarakat China sampai akhirnya dilarang pada Revolusi
Sun Yat Sen tahun 1911. Pengikatan kaki dilakukan dengan cara
membalut kaki dengan ketat menggunakan kain sepanjang
sepuluh kaki dengan lebar dua inchi, melipat empat
jari kaki ke bagian bawah kakidan menarik ibu
jari kaki medekati tumit. Semakin kecil kakiseorang gadis maka
akan semakin cantik ia
dipandang. Panjang kaki seorang gadis hanya berkisar 10-15 sentimeter saja
dipandang. Panjang kaki seorang gadis hanya berkisar 10-15 sentimeter saja
2. Harakiri di Jepang
Harakiri, atau yang disebut juga seppuku, berasal dari
kata hara (perut) dan kiru (memotong). Harakiri merupakan tradisi/budaya
kebanggaan masyarakat Jepang. Harikiri dilakukan oleh prajurit berkelas dari
kalangan samurai sebagai bukti kesetiaan. Harikiri ini dilakukan dengan merobek
perut prajurit tersebut (oleh dirinya sendiri), membiarkan organ dalam tubuhnya
keluar, dan mati karena kehabisan darah. Prajurit yang akan melakukan
harakiri ditemani oleh seorang kaishakunin (pelayan) yang dipilin oleh prajurit
itu sendiri. Jika prajurit tersebut menjerit atau merintih menangis saat melakukan
harakiri (hal yang dianggap memalukan), maka kaishakunin bertugas mengurangi
penderitaan prajurit tersebut dengan memenggal kepalanya. Harikiri dilakukan
dengan niat untuk membersihkan nama mereka atas kegagalan melakukan tugas atau
melakukan kesalahan untuk kepentingan rakyat.
3. Gelang Leher dari Thailand
Kebiasaan suku Kayang, Burma dan Thailnd, ini
dilakukan kepada setiap wanita Pada saat umur 5 tahun. Semakin panjang gelang
leher yang mereka pakai, maka semakin cantiklah mereka. Tapi gelang leher ini
bisa menimbulkan kematian juga. Sekali pakai gelang leher, menjadi pantangan
untuk membukanya kembali. Karena akan menyebabkan patah tulang. Bagi mereka,
leher yang panjang dengan gelang yang bersinar adalah tanda kedudukan dan
keagungan mereka. Berat gelang leher tersebut bisa mencapai 22 pounds atau
sekitar 10,5 kg.
4. Tibetan Sky Burial
Karena tiada tanah perkuburan disebabkan keadaan
geografi , mereka memberi mayat untuk dimakan oleh burung. Disamping itu ,
dengan cara begitu dipercayai roh si mati akan kekal di gunung bersama burung
berkenaan. Sebelum diberikan kepada burung-burung, mayat dipotong-potong atau
dihancurkan terlebih dahulu. Mereka juga tidak mau burung tersebut membawa
anggota badan yang masih separa sempurna(seperti kepala, tangan dll) ke tempat
lain.
5. Geisha
|
Berasal dari kata Gei (seni atau pertunjukkan) dan sha
yang berarti (orang), Geisha merupakan seorang seniman tradisional penghibur di
Jepang. Geisha dilatih secara tradisional sejak masa kecil mereka.
Rumah geisha (Okiya) sering membeli gadis-gadis kecil dari keluarga yang
miskin dan mengambil tanggung jawab untuk membesarkan dan melatih
mereka. Selama masa kanak-kanak, geisha yang dilatih
pertama-tama bekerja sebagai pembantu, kemudian sebagai asisten senior
rumah geisha, selain sebagai latihan ini juga dipakai untuk membantu
kontribusi biaya pemeliharaan dan pendidikan mereka. Sistim tradisi latihan
yang panjang ini masih tetap ada di Jepang, dimana seorang mahasiswa yang
tinggal di rumah guru seninya, mulai melakukan pekerjaan rumah yang umum dan
mengamati serta membantu gurunya hingga akhirnya berpindah untuk menjadi tuan
bagi dirinya sendiri. Latihan ini memakan waktu beberapa tahun.
6. Hari Tengkorak, Bolivia
|
Setiap tanggal 9 November berlokasi di pemakaman
pusat, di La Paz, Bolivia, menjadi tempat tradisi pra-Columbus yang aneh ini,
yang dikenal sebagai Dia de los Natitas. Para wanita membawa tengkorak, dalam
kotak kayu atau karton yang dihias,berkumpul di luar kuburan untuk memamerkan
tengkorak mereka. Mereka biasanya dihiasi dengan kelopak bunga (hydrangea dan
mawar) dan ditutup dengan tutup rajutan berwarna-warni.
7. DEBUS
Tidak kalah dengan negara lain, Indonesia juga
mempunya budaya unik lho. Budaya asal Banten ini memperlihatkan Atraksi yang sangat
berbahaya. Konon kesenian bela diri debus berasal dari daerah al Madad. Semakin
lama seni bela diri ini makin berkembang dan tumbuh besar disemua kalangan
masyarakat banten sebagai seni hiburan untuk masyarakat. Inti pertunjukan masih
sangat kental gerakan silat atau beladiri dan penggunaan senjata. Kesenian
debus banten ini banyak menggunakan dan memfokuskan di kekebalan seseorang
pemain terhadap serangan benda tajam, dan semacam senjata tajam ini disebut
dengan debus.
|
8. Upacara Tabuik Sumatera Barat
Berasal dari kata ‘tabut’, dari bahasa Arab
yang berarti mengarak, upacara Tabuik merupakan sebuah tradisi
masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun
menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram,
dalam kalender Islam. Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur
tengah ke Pariaman, sebagai peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai
simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam
di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW itu. Karena kemeriahan dan keunikan
dalam setiap pagelarannya, Pemda setempat pun kemudian memasukkan upacara Tabuik
dalam agenda wisata Sumatera Barat dan digelar setiap tahun.
|
Dua minggu menjelang pelaksanaan upacara Tabuik,
warga Pariaman sudah sibuk melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat serta
aneka penganan, kue-kue khas dan Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga
yang menjalankan ritual khusus, yakni puasa. Selain sebagai nama upacara, Tabuik
juga disematkan untuk nama benda yang menjadi komponen penting dalam ritual
ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu.
Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia, yang tegap dan
bersayap. Oleh umatIslam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap
sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak
setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan
warna lainnya dan akan di arak nantinya.
9. Upacara
Kasada Bromo
Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger
yang bermukim di Gunung Bromo Jawa Timur, mereka melakukan ritual ini untuk
mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapat diangkat
oleh para tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal mantera
mantera. Beberapa hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka
mengerjakan sesaji sesaji yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo.
Pada malam ke 14 bulan Kasada Masyarakat tengger berbondong bondong dengan
membawa ongkek yang berisi sesajo dari berbagai macam hasil pertanian dan
ternak. Lalu mereka membawanya ke Pura dan sambil menunggu Dukun sepuh yang
dihormati datang mereka kembali menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah
malam diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir
gunung bromo. Bagi masyarakat Tengger, peranan Dukun adalah sangat penting.
Karena mereka bertugas memimpin acara – acara ritual, perkawinan dll.
|
Sebelum lulus mereka diwajibkan lulus ujian dengan
cara menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra. Setelah Upacara selesai,
ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah.
Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan
oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk
tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo
dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka
mendapatkan sesaji yang dilempar. Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam
buah buahan dan hasil ternak, mereka menganggapnya sebagai kaul atau terima
kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah.
Aktivitas penduduk tengger pedalaman yang berada dikawah gunung bromo.
Sumber: Google
Sumber: Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar